"Astaga...!" Lala kaget mendapatinya. Cacing . yang masih kesakitan meminta tolong kepada Lala untuk membantunya. Sang pemilik pantat besar segera mencari tumbuhan obat, menumbuknya dengan batu, lalu menempelkannya pada luka sang pejantan cacing. "Aduh sakit", teriakan kembali keluar dari mulut sang pemilik luka. Sementara Lala mengobati, ia pun harus menenangkannya supaya berhenti berteriak. "Siapa namamu? Wajahmu sangat asing." Tanya Lala sembari membuat si cacing jantan mengalihkan rasa sakitnya kepada obrolan santai. "Namaku Lolo Sucacing, aku dari krlompok Sucacing yang berasal dari desa seberang, lalu siapa namamu?"
"Aku Lala Cacinga dari kelompok Cacinga, dan tempat tinggalku tak jauh dari sini."
Terdapat dua kelompok besar cacing di hutan hijau ini. Pertama, kelompok Cacinga yaitu kelompok yang berada di ekonomi kelas menengah ke atas. Mempunyai rumah yang cukup mewah dan kehidupan yang berkecukupan.
Kedua, kelompok Sucacing yaitu kelompok yang berada di ekonomi kelas menengah ke bawah. Jangankan rumah mewah, bisa makan dan hidup saja sudah bersyukur dan sebuah prestasi. Ada satu hal lagi yang membedakan dua kelompok ini. Kelompok Cacinga adalah cacing yang mempunyai tangan namun tak punya kaki, sedangkan Sucacing adalah cacing yang memiliki kaki namun tak punya tangan. Keduanya tidak dibiarkan berhubungan dekat apalagi sampai menikah, itu adalah perbuatan yang dianggap terlarang dan terkutuk. Mereka lebih memilih dianggap bermusuhan daripada hidup berdampingan. Maka dari itu lingkungan tempat tinggal mereka diharuskan berseberangan dengan sungai sebagai pembatasnya.
"Apa? Jadi kamu dari kelompok Sucacing." Lala tidak menyangka bahwa ia baru saja menolong cacing dari seberang.
"Bagaimana bisa kamu sampai di sini?"
"Ingat, jangan sampai ada yang tahu ada pertemuan di antara kita!"
Seketika Lala pergi meninggalkan Lolo sendirian. Ia tak mau mendapat hukuman dari orangtuanya karena telah dekat dengan kelompok Sucacing.
Sementara itu, Lolo yang masih sedikit merasakan sakit mencoba bangkit dan berdiri. Namun apa daya, dia harus menunggu mungkin untuk sebentar lagi. Lolo merasa ada yang mengganjal di pikirannya, ia belum mengucapkan terima kasih kepada Lala yang telah menolongnya. Ia tidak peduli pada status kelompok yang berbeda, bagaimanapun Lala telah menyelamatkan hidupnya. Setelah berangsur pulih, Lolo pun pulang saat senja menghampirinya.
Pagi ini hutan hijau tampak cerah, di waktu yang sama Lala kembali menyusuri hutan menuju taman tempat biasa ia berlari pagi. Kali ini, ia ditemani sahabatnya yang bernama Angel Cacinga. "La, kenapa kamu suka lari pagi jauh-jauh? Dari tadi kok tidak sampai-sampai." Angel mengeluh untuk kesekian kalinya. Maklum ia tidak pernah lari pagi sebelumnya. Biasanya ia hanya sibuk di rumah, bersolek atau tidur dengan seenaknya. "Sebentar lagi kok." jawab Lala. Akhirnya mereka sampai di taman yang dituju. Tanpa aba-aba Lala langsung berlari mengelilingi batu besar, sedangkan Angel sudah kelelahan lalu tertidur di bawah pohon yang rindang tak jauh dari batu tersebut.
"Bangun Angel," Lala menggoyangkan badan Angel yang tertidur pulas. Ia ingin mengajaknya pulang karena hari sudah semakin siang. Angel terbangun dan ia minta waktu sejenak untuk mengumpulkan energi yang telah terkuras sewaktu tidur. Kemudian mereka pun berjalan pulang dengan pelan-pelan.
"Lala."
"La..."
Lala menghentikan lajunya, dan meminta telinganya menangkap suara yang terdengar agak berbisik mengucapkan namanya.
"Siapa ya?"
Namun Lala tidak menemukan sosok yang mengeluarkan suara itu. Ia melanjutkan perjalanan sambil sesekali menoleh ke belakang, samping kanan dan kiri, lalu ke atas juga. Ketika ia melihat ke belakang dan kembali menghadap ke depan, tiba-tiba Lolo sudah ada di depan mukanya, hanya berjarak dua kepalan tangan. Lala kaget dan langsung memeluk Angel yang berjalan di sampingnya. Angel yang masih mengantuk tidak terlalu paham dengan situasi yang terjadi. Namun setelah ia mendapatkan pelukan Lala, segera ia sadar sudah ada pejantan cacing di depan mata mereka.
"Lolo, apa yang kamu lakukan di sini?" Lala membuka suara setelah rasa kagetnya sedikit hilang.
...bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar