Sabtu, 03 Februari 2018

Hati-hati dengan Efek Samping Film "Dilan 1990"

(Source Picture: google/Kompasiana.com)

Hari ke-9 film Dilan tayang di bioskop, dan gw baru nonton. Gw kira udah basi, tapi ternyata masih hangat-hangatnya. Gw tahu dari pernyataan pemeran film Dilan di acara musik inbox pagi ini, bahwa penonton film Dilan sudah mencapai hampir 3 juta, dan gw salah satu di dalamnya.

Kebetulan gw nonton di bioskop daerah Cinere. Film yang diangkat dari novel karangan Pidi Baiq ini gw pikir hanya sekadar film percintaan anak-anak SMA seperti di FTV (cewek cowok ketemu, berantem, jadian, berantem, baikan, selesai). Namun antusias orang-orang membuat gw penasaran ingin menonton, ya sekalian gw memang butuh hiburan di tengah kesibukan kerja.

Gw belum baca novel Dilan 1990, 1991, maupun Milea. Gw cuma baca sinopsisnya. Pertama saat mau memasuki studio bioskop, gw merasa sedang mengikuti les di bimbel SMP. Karena sebagian besar yang akan menonton adalah anak umur SMP dan mungkin sebagian SMA. Gw merasa paling tua hari ini, dan akhirnya berpikir positif aja kalo gw di sini jadi guru bimbelnya kali ya. 😅

Sudah... sudah. Ceritanya gw udah duduk di kursi penonton, posisinya kira-kira baris ke-4 dari depan. Kejutan dibalik menonton film Dilan masih ada lagi. Film sudah diputar, dan ketika Dilan mengucapkan kata-katanya, seketika studio bioskop menjadi  stadion sepak bola. Penonton bagian belakang bersorak dengan serentak, bak Dilan sedang mencetak gol di gawang lawan. Ada beberapa kemungkinan dari situasi ini, bahwa mereka adalah Comate (fans klub boyband Coboy Junior / CJR yang salah satu personilnya adalah Ikbal, pemeran Dilan) dan mereka ga pengen lihat ceritanya tapi yang penting ada Ikbalnya. Mungkin mereka meleleh atau terpesona dengan gombalan Dilan yang dianggap romantis. Atau mungkin mereka bukannya membayar di bioskop ini, tapi dibayar untuk bersorak-sorak saja.

Itu tadi suasana tempat gw nonton. Sekarang gw langsung review film Dilan ya. Dilan itu tokoh sialan yang dibuat Pidi Baiq untuk mendapatkan cinta Milea. Tapi gw suka, dan suka cemburu pada Milea 😂. Ini pertama kali gw bela-belain nonton film picisan yang gw bisa liat di tv, tp gw rela nonton di bioskop. Tapi gw sangat terhibur, karena cerita di film ini tak sekadar cinta-cintaan biasa. Dilan jadi sosok yang memperjuangkan cinta dengan cara yang tak biasa, salah satunya dengan buku TTS sebagai kado ulang tahun Milea. TTS yang sudah diisi, karena Dilan tidak ingin Milea pusing mikirin jawaban TTS-nya. Sial... gw jadi ga percaya diri lihat ini semua. Cukup, dan gw sepertinya hilang kepercayaan diri setelah Dilan dan Milea tanda tangan di atas materai. Kang Pidi Baiq, terima kasih banyak.

Berikut efek samping setelah nonton film Dilan:
1. Pasangan ga kuat nahan rindu. Jomblo ga kuat nahan tangis liat Dilan dan Milea.
2. Pasangan pengen cepet-cepet ke depan KUA buat gladiresik. Jomblo pengen cepet-cepet ke KUA, sapa tau dapat jodoh di sana.
3. Pasangan pengen ngasih buku TTS yang udah diisi ke pasangannya. Jomblo pengen beli TTS sendiri, diisi sendiri, lalu dikirim ke rumah sendiri.
4. Pasangan pengen mertuanya seperti Mamanya Dilan, yang sangat menyayangi calon menantunya. Jomblo pengen menghilang dari muka bumi, siapa tau ada yang nangisin. 😢

Film berakhir, dan gw pulang naik ojek online dengan tarif 16rb.

Gw: Perjalanan dari Cinere ke Pamulang menurut saya 20rb, Abang setuju atau tidak saya tidak peduli. Cukup, Abang gausah jawab. Saya gamau Abang pusing mikirin jawabannya (masih efek film Dilan)

Kang ojek: Sepertinya saya harus menghilang dari depan muka anda ? Permisi.

Itu review  dari gw, setuju atau tidak gw ga peduli. Lebih baik nonton aja sendiri. (Fitri: 2017)






-Benda Baru-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar