Kamis, 15 Februari 2018

Sinopsis Novel O Karya Eka Kurniawan

Sebelumnya gw pernah nulis tentang salah satu penulis yang gw suka, Eka Kurniawan. Sampai saat ini masih dalam proses membabat habis semua buku-bukunya untuk dibaca. Berawal dari referensi oleh dosen gw untuk baca novelnya EK yang katanya bagus sampai akhirnya selain gw baca, gw gunakan juga untuk objek pembuatan skripsi. Skripsi gw berjudul "Deiksis Wacana dalam Novel O Karya Eka Kurniawan". Ini merupakan apresiasi untuk novel yang ditulis oleh penulis yang gw suka. Ini juga merupakan ungkapan kagum atas karya yang menurut gw bagus dan menghibur pembaca. Berikut ini adalah sinopsis yang gw buat untuk kalian yang belum membaca atau ingin tahu tapi belum sempat membaca. 😊 Lebih seru kalau membaca keseluruhan bukunya sih. Selamat membaca !

(Source Picture: google/Goodreads.com)

Judul    : O
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit   : Maret 2016
Tebal   : 470 halaman
ISBN   : 9786020325590

Bermula dari kisah O yang kala itu tinggal di sebuah hutan di Rawa Kalong. O memiliki kekasih bernama Entang Kosasih yang memiliki keinginan untuk menjadi manusia. Entang Kosasih terinspirasi dari dongeng Armo Gundul yang kerap diceritakan oleh monyet-monyet tua. Armo Gundul merupakan salah satu monyet yang berhasil menjadi manusia. Karena obsesinya untuk menjadi manusia inilah, yang akhirnya membuat O marah. O, yang berwatak polos serta lemah lembut sebetulnya tidak ingin Entang Kosasih menjadi manusia. Sebab, dengan menjadi manusia, Entang Kosasih akan lupa dengan masa lalunya sebagai seekor monyet. Dan yang terpenting bagi O, pernikahan mereka di bulan kesepuluh yang sudah direncanakan jauh-jauh hari terancam batal dan memang begitu pada akhirnya.
Meski tahu bahwa menjadi manusia itu tidaklah mudah, Entang Kosasih tak pernah putus asa. Ia selalu mengamati apa yang para manusia lakukan, kemudian mempraktikannya sendiri. Terkena lemparan bonggol jagung saat akan mencuri sepeda roda tiga dan dipukul panci saat mengintip seseorang yang tengah mandi adalah salah dua hal yang tidak menyurutkan niatnya untuk menjadi manusia. Keinginan untuk menjadi manusia itu dianggap gila oleh kawanannya. Satu-satunya monyet yang mampu menerima kegilaan dan masih menganggapnya waras itu hanyalah O, sang kekasih. Meski begitu, bukan berarti O tidak pernah menentang keinginan Entang Kosasih.
Namun pada akhirnya, O yang sangat mencintai kekasihnya pun turut terobsesi dan yakin dirinya pun bisa menjadi manusia supaya pernikahan bulan kesepuluh bersama Entang Kosasih tetap terlaksana. Petualangan O bermula saat dia mengetahui kekasihnya Entang Kosasih menghilang setelah ditembak mati tepat di batok kepalanya oleh peluru Sobar, polisi yang tengah bertugas patroli di Rawa Kalong. Berawal dari kelakuan Entang Kosasih yang mencuri revolver milik Sobar karena penasaran akan penggunaannya. Hal itu merupakan salah satu usahanya untuk menjadi manusia, jika ia bisa menggunakannya seperti manusia maka kemungkinan ia pun bisa menjadi manusia karena bisa melakukan kegiatan manusia. Jasat Entang Kosasih pun tidak ditemukan di tempat ia jatuh dari pohon. O meyakini Entang Kosasih telah menjelma menjadi manusia dalam diri si Kaisar Dangdut. Di dalam perjalanan menjadi manusia, O melibatkan banyak tokoh manusia maupun binatang sejenis ataupun binatang jenis lainnya. Beberapa di antaranya ada si revolver, Sobar dan Joni Simbolon si polisi, Toni Bagong, Kirik, Manikmaya tikus peramal masa depan, burung Beo, Betalumur, Ma Kungkung dan Mat Angin, Jarwo Edan, dan Rudi Gudel. Semua tokoh tersebut digambarkan sebagai masyarakat kelas menengah ke bawah dengan (mayoritas) watak bajingan dan begajulan.
O belajar menjadi manusia dengan bergabung bersama sebuah sirkus topeng monyet jalanan milik Betalumur, seorang pawang yang berpenampilan tidak cukup bersih apalagi rapi. O belajar menghayati hidup manusia melalui beragam perannya sebagai topeng monyet. Disinilah awal perjumpaan O dengan Kirik, anjing kecil sahabatnya dan juga si Beo. Kirik adalah anjing kecil dari ibu anjing yang bernama Wulandari yang dimiliki Jarwo Edan, sahabat Rudi Gudel. Wulandari meninggal setelah membunuh sang pemilik dengan gigitannya yang bertubi-tubi. Berawal ketika perkataan Jarwo Edan yang mungkin membuat Wulandari marah karena berisi ancaman kalau Wulandari akan digantikan dengan anjing lain kalau tidak bisa bunting. Setelah peristiwa itu, ia pergi dan berjalan tanpa arah sepanjang jalan. Rudi Gudel mencari Wulandari atas pesan yang diterimanya dari Jarwo Edan sebelum menghembuskan nafas terakhir yaitu ia harus menemukan Wulandari dan menggorok lehernya. Namun hal itu tak bisa dipenuhi karena Wulandari telah tergeletak penuh luka dan dikerubungi lalat dan belatung di pinggir jalan. Ia mati ditabrak sebuah truk dan terlempar di pinggir jalan tersebut.
Kirik, anak Wulandari yang telah menjadi sahabat O kini menjadi sasaran baru Rudi Gudel untuk memenuhi dendamnya. Dengan segala cara ia mencari kirik karena tak sabar untuk menggorok lehernya. Pada akhirnya kirik pun tertangkap oleh Rudi Gudel dan dibawa ke makam untuk digorok lehernya di atas kuburan Jarwo Edan. Pada saat yang sama Rini Juwita, perempuan penyayang anjing yang telah lama mengawasi dan sering mengajak kirik jalan-jalan pun mencegah hal itu. Ia akan membeli berapapun kirik dijual asalkan tidak dibunuh. Awalnya Rudi Gudel tidak menyetujui penawaran Rini Juwita, namun atas bujukan anak buahnya ia pun menyerahkan kirik menjadi milik Rini Juwita.
Kirik adalah sahabat O yang pada awalnya memang tidak percaya pada keyakinan O untuk bisa menjadi manusia. Kirik selalu mendatangi O sejak masih bersama Betalumur, pawang topeng monyet yang setiap hari beraksi topeng monyet bersama O. Berbagai nasihat juga dilontarkan oleh mulut anjing kecil ini kepada O. Karena siksaan Betalumur begitu menyakitkan, anjing kecil seringkali mengajak O untuk melarikan diri. Namun O tidak mau, ia berpikir kalau dia pergi ia tidak tahu lagi bagaimana menjadi manusia. Karena dengan bermain topeng monyet, dia tahu cara melakukan kegiatan yang dilakukan manusia. Selain kirik, Ma Kungkung dan Mat Angin, sepasang suami istri yang tinggal di gedung tua yang sama dengan Betalumur juga seringkali mengkhawatirkan O atas perlakuan Betalumur yang sering menyiksanya. Satu kebahagiaan yang pernah diberikan Betalumur adalah poster bergambar Kaisar Dangdut bernama Entang Kosasih. O menganggap ia adalah monyet kekasihnya yang telah berubah menjadi manusia.
Di gedung tua, O tinggal bersama Betalumur dan mempunyai tetangga sepasang suami istri yaitu Mat Angin dan Ma Kungkung. Di gedung ini pula O bertemu dengan burung beo, yang dirasa menganggu karena selalu meneriakkan perintah untuk shalat dengan bahasa manusia. Betalumur adalah orang yang paling merasa terganggu karena suara si burung Beo. Berbeda dengan Ma Kungkung dan Mat Angin, mereka menyimpulkan bahwa burung beo memang dikirim oleh Tuhan untuk menyuruh mereka beribadah. Entah dari mana burung ini datang, namun diceritakan bahwa perintah shalat yang dikeluarkan dari mulutnya ternyata disebabkan oleh tuannya yang dahulu adalah seorang ustadz atau ahli agama. Si beo memang ahli menirukan bahasa manusia, sehingga Sang Ustadz pun mengajarinya untuk melafaladzkan ayat-ayat Al-quran. Pesan terakhir tuannya adalah perkataan untuk melakukan shalat.
Kebersamaan O dengan Betalumur tidak berlangsung lama. Betalumur ditangkap oleh kawanan Rudi Gudel dan anak buahnya ketika memberi informasi tentang keberadaan kirik, kemudian Betalumur hilang bagai ditelan bumi. Selanjutnya, O diasuh oleh waria bernama Mimi Jamilah. Ia memang sudah sering bertemu dan melakukan aksi di jalanan bersama O dan Betalumur. Mimi Jamilah mengamen dengan didampingi aksi topeng monyet. O tinggal di kontrakannya, dan tentu saja setiap hari ia mengikuti aktifitas Mimi Jamilah yaitu mengamen. Tak hanya aktifitasnya, O secara tidak sengaja harus menyaksikan kehidupan pribadinya. Mimi Jamilah mempunyai seorang kekasih yaitu laki-laki bernama Bruno, lelaki yang hanya memanfaatkannya saja. Ketika membutuhkan uang, maka ia akan datang kepada Mimi Jamilah. Sejumlah peristiwa yang dilakukan manusia dan disaksikan oleh O membuatnya semakin penasaran tentang kehidupan manusia. Dia berpikir bahwa tidak gampang menjadi manusia. Suatu ketika ada seorang pemilik sirkus topeng monyet yang cukup ternama bernama Kadir ingin membeli dan mengajak bergabung O. Ia memiliki banyak monyet yang salah satunya bernama Tukimin. Tukimin adalah monyet yang dipuja kebanyakan monyet betina dan ia tertarik kepada O. Namun Mimi Jamilah tidak mau menjualnya karena O milik Betalumur dan ia masih berharap mungkin Betalumur akan kembali. Namun lama kelamaan desakan Kadir pun disanggupi oleh Mimi Jamilah dan tak disangka uang yang digunakan untuk membayarnya adalah uang palsu. Kadir ditangkap polisi dan O kembali tinggal bersama Mimi Jamilah.
Pertemuan berikutnya yang dialami O adalah pertemuannya dengan seekor tikus peramal bernama Manikmaya. Ia memiliki kemampuan meramal atau memprediksi sesuatu yang akan terjadi. Kemampuannya ini dimanfaatkan oleh para tikus yang selalu meminta ia memprediksi kondisi di luar tempat tinggal mereka. Hal itu digunakan untuk menentukan waktu mencari makanan di luar tempat tinggal mereka. Begitu pula O, ia mendatangi Manikmaya untuk tujuan supaya ia membaca tanda-tanda di mana keberadaan kekasihnya, Entang Kosasih. O juga ingin mengetahui apakah Entang Kosasih yang kini menjadi Kaisar Dangdut masih mencintainya. Ia akan melakukan apapun untuk bertemu kekasihnya yang kini menjadi manusia itu, meski harus melakukan hal yang dianggap gila yaitu menjadi seorang manusia. Tikus-tikus di sekitar tempat tinggal Manikmaya kini mengikuti semua perkataannya bahkan secara bergantian mereka berdatangan untuk meminta dibacakan tanda-tanda. Hingga suatu hari tikus peramal ini jatuh cinta kepada tikus muda yang paling kuat dan lincah bernama Todak Merah. Namun cinta mereka tidak bisa terlalu jauh karena hal itu akan mempengaruhi kelebihan yang dimiliki Manikmaya. Jika Manikmaya bercinta dengan Todak Merah ia akan kehilangan kemampuan membaca tanda-tanda. Tak hanya hal itu, namun ia pun akan mati. Pamor Manikmaya sebagai pembaca tanda-tanda sudah terkenal di kawasan Rawa Kalong, hingga tak hanya bangsa tikus namun dari berbagai binatang pun datang padanya. Namun tetap O sebagai tamu yang paling sering datang, bahkan hampir setiap hari. Ia benar-benar penasaran dengan prediksi si tikus peramal mengenai Entang Kosasih yang belum dijawab. Suatu ketika O benar-benar telah mengajarkan tentang cinta dan pengorbanan. O rela melakukan apapun untuk bertemu Entang Kosasih, ia juga berupaya menjadi manusia demi kekasihnya. Kemudian Manikmaya menjawab bahwa O akan bertemu Entang Kosasih nanti, ia menyuruhnya mengawali perjalanan menuju pasar. Sementara Manikmaya segera pergi dan meninggalkan tempatnya untuk mengejar cinta dan kebahagiaannya meski harus berkorban nyawa. Ia menemui Todak Merah, tikus lincah yang juga mencintainya. Mereka bertemu dan bercinta, maka akibat yang harus dialami adalah kematian.
O segera pergi meninggalkan segala hal berkaitan dengan Manikmaya, ia kembali berpetualang mencapai keinginan menjadi manusia dan juga bertemu kekasihnya. Entang Kosasih adalah monyet gila, bengal, namun berani dan bernyali. Ketika banjir bandang melanda Rawa Kalong para monyet terjebak di satu pohon gundul dan hanya Entang Kosasih yang berani mengeluarkan ide untuk pergi ke darat dengan melompat di atas punggung buaya supaya mereka mendapatkan makanan. Semua hal gila yang dilakukan Entang Kosasih dianggap bukan masalah bagi O, namun justru hal itulah yang membuatnya jatuh cinta begitu rupa.
Kegilaan lain Entang Kosasih untuk obsesinya menjadi manusia adalah dengan merebut revolver dari Sobar dan Joni Simbolon, polisi yang berpatroli di Rawa Kalong kala itu. Ia ingin menggunakan revolver itu layaknya sang polisi, dan tak segan membunuh sebangsanya untuk menguji kemampuannya menggunakan revolver itu. Tidak hanya beberapa monyet, namun Joni Simbolon pun ikut terbunuh dengan revolver yang dipegang Entang Kosasih. Sobar merasa menjadi polisi paling bersalah karena tidak bisa menjaga revolvernya meski ia berthasil menembak batok kepala si monyet pencuri bengal itu. Sobar adalah polisi yang sudah mempunyai anak istri, namun pernah suatu ketika ia menyukai kekasih seorang penjahat bernama Toni Bagong. Perempuan itu bernama Dara. Dara dan Sobar saling jatuh cinta hingga melakukan hubungan yang tidak seharusnya. Suatu ketika peristiwa penembakan dilakukan oleh Sobar dengan korban perut Dara yang sedang hamil anak mereka. Sang janin pun harus meninggal dan dibawa pulang ke kampung halaman Dara. Sobar menyusul dengan statusnya sebagai buronan. Sesampainya di kampung Dara, kisah cinta mereka juga berakhir dengan terjun ke sungai dan keduanya menjadi ikan. Toni Bagong juga menyusul mereka ke tepi sungai dan dua pelor ia arahkan menembus air sungai untuk dua ikan yang ia lihat. Kisah manusia yang berubah menjadi binatang adalah benar, dan Toni Bagong akhirnya berubah menjadi buaya. Begitu pula nasib Betalumur yang akhirnya menjadi babi.
Suatu hari Mimi Jamilah mempunyai kesempatan mengajak O bertemu Kaisar Dangdut. Meski Entang Kosasih hanya mengeluarkan makian dan kekesalan, namun pertemuan itu sangat berarti bagi O. Ia percaya Kaisar Dangdut itu adalah kekasihnya, Entang Kosasih, si monyet pemimpi. Kepercayaan O akan mimpi-mimpinya itulah yang membuat Entang Kosasih jatuh cinta padanya. Kematian mungkin memang jalan yang merubah monyet menjadi manusia. Seperti yang dialami kekasihnya yang hilang setelah kematian, O juga mati di depan kirik dengan damai dan ia berkeyakinan sudah waktunya menjadi manusia. O mati akibat perkelahian dengan anjing besar bernama Leo yang menyerang kirik. Rini Juwita, kirik, dan Mimi Jamilah menjadi saksi kematian dan pemakaman O. Mereka yakin O akan bahagia setelah kematiannya dan kirik juga yakin ia bisa menjadi manusia seperti yang diinginkan.
Entang Kosasih, sang Kaisar Dangdut yang sedang populer selalu menjadi pujaan wanita. Namun ia belum bisa mencintai satupun di antara mereka sekalipun hanya untuk bermain-main. Satu wanita yang pernah mengisi hatinya adalah Rosalina, pelatih karate yang menemaninya dari sejak Entang Kosasih menjadi pengamen dan meniti karirnya. Sang manajer, Mama Inang sudah geram melihat Kaisar Dangdut yang kesepian. Suatu hari Entang Kosasih tertarik pada sebuah layanan telepon gadis-gadis cabul. O nama perempuan yang menjadi salah satu pelayan telepon cabul menyebut dirinya Kamelia. Entang Kosasih seringkali meneleponnya dengan nama Romeo untuk menanyakan hal-hal biasa bahkan tidak bersifat cabul seperti pelanggan lainnya. Tidak lebih dari setengah jam biasanya Kamelia akan muntah mendengar isi pembicaraan pelanggan, namun tidak dengan Entang Kosasih. O adalah gadis yang baik, ia selalu mendapat nasihat dari ibunya tentang kehidupan. Suatu ketika Romeo menelepon Kamelia, dan kini ia mengajak bertemu. Kamelia bingung karena berdasarkan aturan perusahaan tidak boleh ada pertemuan dengan pelanggan. Kamelia bertanya pada ibunya, apakah dia boleh menemui Romeo. Ibunya tersenyum dan mengatakan bahwa sang anak dibebaskan melakukan apa yang dia inginkan. Dan akhirnya Kamelia memutuskan untuk menemui Romeo. Di taman O sebagai Kamelia telah datang dengan baju putih meski telah janji memakai baju merah. Sedangkan Entang Kosasih sebagai Romeo pun telah datang dengan kerumunan orang. O hanya menunggu sampai pria itu mendatanginya.

Senin, 05 Februari 2018

Mengapa Cacing Tak Berkaki? (2)

"Astaga...!" Lala kaget mendapatinya. Cacing . yang masih kesakitan meminta tolong kepada Lala untuk membantunya. Sang pemilik pantat besar segera mencari tumbuhan obat, menumbuknya dengan batu, lalu menempelkannya pada luka sang pejantan cacing. "Aduh sakit", teriakan kembali keluar dari mulut sang pemilik luka. Sementara Lala mengobati, ia pun harus menenangkannya supaya berhenti berteriak. "Siapa namamu? Wajahmu sangat asing." Tanya Lala sembari membuat si cacing jantan mengalihkan rasa sakitnya kepada obrolan santai. "Namaku Lolo Sucacing, aku dari krlompok Sucacing yang berasal dari desa seberang, lalu siapa namamu?"
"Aku Lala Cacinga dari kelompok Cacinga, dan tempat tinggalku tak jauh dari sini."

Terdapat dua kelompok besar cacing di hutan hijau ini. Pertama, kelompok Cacinga yaitu kelompok yang berada di ekonomi kelas menengah ke atas. Mempunyai rumah yang cukup mewah dan kehidupan yang berkecukupan.
Kedua, kelompok Sucacing yaitu kelompok yang berada di ekonomi kelas menengah ke bawah. Jangankan rumah mewah, bisa makan dan hidup saja sudah bersyukur dan sebuah prestasi. Ada satu hal lagi yang membedakan dua kelompok ini. Kelompok Cacinga adalah cacing yang mempunyai tangan namun tak punya kaki, sedangkan Sucacing adalah cacing yang memiliki kaki namun tak punya tangan. Keduanya tidak dibiarkan berhubungan dekat apalagi sampai menikah, itu adalah perbuatan yang dianggap terlarang dan terkutuk. Mereka lebih memilih dianggap bermusuhan daripada hidup berdampingan. Maka dari itu lingkungan tempat tinggal mereka diharuskan berseberangan dengan sungai sebagai pembatasnya.

"Apa? Jadi kamu dari kelompok Sucacing." Lala tidak menyangka bahwa ia baru saja menolong cacing dari seberang.
"Bagaimana bisa kamu sampai di sini?"
"Ingat, jangan sampai ada yang tahu ada pertemuan di antara kita!"
Seketika Lala pergi meninggalkan Lolo sendirian. Ia tak mau mendapat hukuman dari orangtuanya karena telah dekat dengan kelompok Sucacing.

Sementara itu, Lolo yang masih sedikit merasakan sakit mencoba bangkit dan berdiri. Namun apa daya, dia harus menunggu mungkin untuk sebentar lagi. Lolo merasa ada yang mengganjal di pikirannya, ia belum mengucapkan terima kasih kepada Lala yang telah menolongnya. Ia tidak peduli pada status kelompok yang berbeda, bagaimanapun Lala telah menyelamatkan hidupnya. Setelah berangsur pulih, Lolo pun pulang saat senja menghampirinya.

Pagi ini hutan hijau tampak cerah, di waktu yang sama Lala kembali menyusuri hutan menuju taman tempat biasa ia berlari pagi. Kali ini, ia ditemani sahabatnya yang bernama Angel Cacinga. "La, kenapa kamu suka lari pagi jauh-jauh? Dari tadi kok tidak sampai-sampai." Angel mengeluh untuk kesekian kalinya. Maklum ia tidak pernah lari pagi sebelumnya. Biasanya ia hanya sibuk di rumah, bersolek atau tidur dengan seenaknya. "Sebentar lagi kok." jawab Lala. Akhirnya mereka sampai di taman yang dituju. Tanpa aba-aba Lala langsung berlari mengelilingi batu besar, sedangkan Angel sudah kelelahan lalu tertidur di bawah pohon yang rindang tak jauh dari batu tersebut.
"Bangun Angel," Lala menggoyangkan badan Angel yang tertidur pulas. Ia ingin mengajaknya pulang karena hari sudah semakin siang. Angel terbangun dan ia minta waktu sejenak untuk mengumpulkan energi yang telah terkuras sewaktu tidur. Kemudian mereka pun berjalan pulang dengan pelan-pelan.

"Lala."
"La..."
Lala menghentikan lajunya, dan meminta telinganya menangkap suara yang terdengar agak berbisik mengucapkan namanya.
"Siapa ya?"
Namun Lala tidak menemukan sosok yang mengeluarkan suara itu. Ia melanjutkan perjalanan sambil sesekali menoleh ke belakang, samping kanan dan kiri, lalu ke atas juga. Ketika ia melihat ke belakang dan kembali menghadap ke depan, tiba-tiba Lolo sudah ada di depan mukanya, hanya berjarak dua kepalan tangan. Lala kaget dan langsung memeluk Angel yang berjalan di sampingnya. Angel yang masih mengantuk tidak terlalu paham dengan situasi yang terjadi. Namun setelah ia mendapatkan pelukan Lala, segera ia sadar sudah ada pejantan cacing di depan mata mereka.

"Lolo, apa yang kamu lakukan di sini?" Lala membuka suara setelah rasa kagetnya sedikit hilang.




...bersambung

Sabtu, 03 Februari 2018

Hati-hati dengan Efek Samping Film "Dilan 1990"

(Source Picture: google/Kompasiana.com)

Hari ke-9 film Dilan tayang di bioskop, dan gw baru nonton. Gw kira udah basi, tapi ternyata masih hangat-hangatnya. Gw tahu dari pernyataan pemeran film Dilan di acara musik inbox pagi ini, bahwa penonton film Dilan sudah mencapai hampir 3 juta, dan gw salah satu di dalamnya.

Kebetulan gw nonton di bioskop daerah Cinere. Film yang diangkat dari novel karangan Pidi Baiq ini gw pikir hanya sekadar film percintaan anak-anak SMA seperti di FTV (cewek cowok ketemu, berantem, jadian, berantem, baikan, selesai). Namun antusias orang-orang membuat gw penasaran ingin menonton, ya sekalian gw memang butuh hiburan di tengah kesibukan kerja.

Gw belum baca novel Dilan 1990, 1991, maupun Milea. Gw cuma baca sinopsisnya. Pertama saat mau memasuki studio bioskop, gw merasa sedang mengikuti les di bimbel SMP. Karena sebagian besar yang akan menonton adalah anak umur SMP dan mungkin sebagian SMA. Gw merasa paling tua hari ini, dan akhirnya berpikir positif aja kalo gw di sini jadi guru bimbelnya kali ya. 😅

Sudah... sudah. Ceritanya gw udah duduk di kursi penonton, posisinya kira-kira baris ke-4 dari depan. Kejutan dibalik menonton film Dilan masih ada lagi. Film sudah diputar, dan ketika Dilan mengucapkan kata-katanya, seketika studio bioskop menjadi  stadion sepak bola. Penonton bagian belakang bersorak dengan serentak, bak Dilan sedang mencetak gol di gawang lawan. Ada beberapa kemungkinan dari situasi ini, bahwa mereka adalah Comate (fans klub boyband Coboy Junior / CJR yang salah satu personilnya adalah Ikbal, pemeran Dilan) dan mereka ga pengen lihat ceritanya tapi yang penting ada Ikbalnya. Mungkin mereka meleleh atau terpesona dengan gombalan Dilan yang dianggap romantis. Atau mungkin mereka bukannya membayar di bioskop ini, tapi dibayar untuk bersorak-sorak saja.

Itu tadi suasana tempat gw nonton. Sekarang gw langsung review film Dilan ya. Dilan itu tokoh sialan yang dibuat Pidi Baiq untuk mendapatkan cinta Milea. Tapi gw suka, dan suka cemburu pada Milea 😂. Ini pertama kali gw bela-belain nonton film picisan yang gw bisa liat di tv, tp gw rela nonton di bioskop. Tapi gw sangat terhibur, karena cerita di film ini tak sekadar cinta-cintaan biasa. Dilan jadi sosok yang memperjuangkan cinta dengan cara yang tak biasa, salah satunya dengan buku TTS sebagai kado ulang tahun Milea. TTS yang sudah diisi, karena Dilan tidak ingin Milea pusing mikirin jawaban TTS-nya. Sial... gw jadi ga percaya diri lihat ini semua. Cukup, dan gw sepertinya hilang kepercayaan diri setelah Dilan dan Milea tanda tangan di atas materai. Kang Pidi Baiq, terima kasih banyak.

Berikut efek samping setelah nonton film Dilan:
1. Pasangan ga kuat nahan rindu. Jomblo ga kuat nahan tangis liat Dilan dan Milea.
2. Pasangan pengen cepet-cepet ke depan KUA buat gladiresik. Jomblo pengen cepet-cepet ke KUA, sapa tau dapat jodoh di sana.
3. Pasangan pengen ngasih buku TTS yang udah diisi ke pasangannya. Jomblo pengen beli TTS sendiri, diisi sendiri, lalu dikirim ke rumah sendiri.
4. Pasangan pengen mertuanya seperti Mamanya Dilan, yang sangat menyayangi calon menantunya. Jomblo pengen menghilang dari muka bumi, siapa tau ada yang nangisin. 😢

Film berakhir, dan gw pulang naik ojek online dengan tarif 16rb.

Gw: Perjalanan dari Cinere ke Pamulang menurut saya 20rb, Abang setuju atau tidak saya tidak peduli. Cukup, Abang gausah jawab. Saya gamau Abang pusing mikirin jawabannya (masih efek film Dilan)

Kang ojek: Sepertinya saya harus menghilang dari depan muka anda ? Permisi.

Itu review  dari gw, setuju atau tidak gw ga peduli. Lebih baik nonton aja sendiri. (Fitri: 2017)






-Benda Baru-