(Source Picture: google/Gramedia Digital)
Dari covernya kita bisa langsung kira-kira ya bahwa novel ini akan bercerita tentang penari, ya entah sedikit atau banyak. Karena buku berbeda dengan manusia yang bisa dikatakan "don't judge by cover". Kebanyakan buku yang saya tahu, sampul buku merupakan simbol atau gambaran yang akan ada di dalam buku tersebut.
Nah betul kan, begitu saya baca bab satu. Langsung muncul tokoh utama wanita yang merupakan seorang penari dari Serdang bernama Putri Chaya. Ia bertemu dengan tokoh utama pria yang bernama Bagus Burhan yang berprofesi sebagai seorah wartawan dari Jakarta. Bagaimana bisa mereka bertemu?
Mereka sama-sama menghadiri sebuah acara lomba seni yang diadakan di Medan, dan satu lagi kesamaan lainnya yaitu peran mereka sebagai seorang juri. Bagus Burhan adalah seorang wartawan dan penulis yang cukup terkenal di Jakarta, tentu saja di saat pertama kali bertemu pun Putri Chaya langsung mengenal sosoknya. Cerita berlanjut dengan kedekatan Bagus Burhan dan Putri Chaya di sela-sela hari berikutnya selama rangkaian acara lomba berlangsung. Tidak bisa dipungkiri bahwa kecantikan dan kecerdasan Putri Chaya telah membuat Bagus jatuh cinta. Beruntungnya, Bagus mendapatkan balasan cinta dari sang wanita.
Di awal cerita ini saya mencari-cari letak unsur budaya atau cerita lebih khusus mengenai penari, namun malah lebih banyak menemui kisah romansa yang menggebu tanpa jeda. Jadi menurut saya... menurut saya ya, novel ini berisi unsur budaya yang dibalut dengan kisah cinta. Ya, sepertinya manusia memang sangat tertarik dengan kisah tentang cinta.
Kisah cinta antara Bagus dan Chaya berjalan mulus untuk beberapa waktu. Sampai akhirnya telpon dari istri Bagus Burhan membuyarkan segalanya dan dia disuruh pulang. Waaah, bener-bener emang si Bagus. Ternyata eh ternyata udah punya anak bini gaes di Jakarta. So, lanjut ya...
Mereka tetap menjalin hubungan tanpa sepengetahuan istri. Kelanjutan ceritanya pada intinya tentang Putri Chaya, Tengku Natahsya (sahabat Putri Chaya), dan seorang pengusaha kaya bernama Bersihar Hamzah menjadi orang-orang yang berusaha membangkitkan kembali kebudayaan Melayu. Program besarnya adalah membuat perhelatan seni yang sangat besar. Ya program-program ini yang membuat Bagus Burhan bolak-balik Jakarta-Medan untuk membantu mengurusnya. Bersihar Hamzah nih idola banget sih, soalnya dia pengusaha kaya yang baik dan peduli pada masyarakat dan kebudayaan Melayu. Ia mewakafkan tanah perkebunannya untuk membangun fasilitas umum bagi masyarakat di sekitarnya. Seperti membangun tempat pendidikan, tempat ibadah, dan lain-lain. Tapi sayangnya beliau sudah punya istri ya gaes. Tadinya saya berharap dia jadi jodohnya Putri Chaya biar tidak perlu mengusik rumah tangga Bagus Burhan. Yasudah lah... lanjut!
Klimaks kembali muncul saat Tengku Natahsya pun tak luput dari pesona Bagus Burhan. Ia jatuh cinta dan suatu ketika mengunjungi kamar hotel Bagus. Ya gitu deh, padahal dia tahu Bagus adalah kekasih sahabatnya.
Di akhir cerita, Bagus Burhan melepas Putri Chaya dan Tengku Natahsya meski berat terasa. Ia memilih pulang ke Jakarta dan kembali kepada anak dan istrinya. Parah sih, sampai akhir cerita Putri Chaya dan Tengku Natahsya masih mencintainya dan merelakan Bagus kembali ke istrinya. Ya mungkin begitu versi cinta mereka.
Udah gitu aja ya gaes... yang pengen tahu detailnya bisa langsung beli bukunya. Sampai jumpa di review selanjutnya gaes. 😁