Penyebaran virus ini tampaknya semakin meluas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Meski dalam beberapa kesempatan, banyak orang berpendapat warga +62 tidak mungkin terjangkit olehnya. Entah karena kekebalan tubuh yang sudah biasa menghadapi virus lainnya dan merasa baik-baik saja atau memang punya ilmu kekebalan di luar nalar manusia. Tingkat kebersihan yang kurang malah menjadi kebanggaan dan menjadi tolak ukur bahwa warga nusantara adalah jagonya berhadapan dengan hal kotor (maksudnya lingkungan kumuh, sampah dimana-mana, sarang nyamuk dan tikus menjadi tetangga, dan lain sebagainya). Tidak itu saja, virus yang dianggap bahaya di mata dunia ini pun sempat menjadi bahan bercanda. Andai saja kita benar-benar sehebat yang kita kira, tapi ternyata bagaimanapun kita hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa dan corona.
Sekarang kita lihat penampakan di awal mula. Ketika corona menjangkit 2 manusia saja, warga NKRI sudah berbondong-bondong menyerbu supermarket bak bala tentara. Menyebar hoaks dimana-mana dan membuat bingung kaum awam dan manusia lanjut usia. Pemberi berita tak punya dasar, sedang penerima bukan orang pintar. Maka terjadilah kepanikan masal yang mengubah orang yang mengaku waras menjadi sedikit terlihat berotak janggal. S3 marketing merajalela, merasa punya modal dan menghabiskan barang yang dibutuhkan seketika. Ketika orang-orang berteriak 'barang tiada' mereka keluar bak pahlawan yang menyediakan keperluan namun dengan harga luar biasa. Ada yang lebih miris, yaitu menemukan orang-orang yang berbuat egois mendaur ulang masker sekali pakai yang jelas saja tidak steril dan tak layak pakai. Lalu menjualnya kembali kepada fakir APD tanpa peduli.
Kasus COVID-19 yang menjangkit manusia di tanah air terus bertambah, terlebih setelah lewat 2 pekan lebih dari 50 manusia setiap harinya pun ikut serta. Lalu sampai kapan?
Pemerintah dan tenaga medis tidak diam saja, tapi alangkah lebih baiknya jika masyarakat bisa bekerjasama. Apa yang harus dilakukan? Kita berperang dengan virus bukan penjajah, tentu tak sesulit masa lalu. Bahkan hanya dengan hal kecil saja kamu sudah membantu dunia, yaitu dengan rebahan dan tetap di rumah saja. Indonesia tidak mengambil pilihan untuk melakukan lockdown seperti negara lainnya. Memang hanya himbauan untuk memutus rantai penyebaran virus dengan di rumah saja dan tidak berlaku untuk keseluruhan warga. Tapi tahukah anda? Jika ini terlaksana tanpa harus dirazia, saya yakin ini benar-benar bisa menyelamatkan nyawa manusia.
Untuk para pemuda, tolonglah nongkrongnya nanti saja! Tunggu sampai segalanya mereda. Sementara di toilet rumah masing-masing dulu lah ya. Jaga orang-orang yang lebih tua dari kita, mereka ga sekuat superhero seperti di layar kaca. PS besok-besok dah! Sesekali bantuin orangtua beres-beres rumah, nyuci, nyetrika, dan menyiram bunga misalnya. Yah kalau semuanya masih terasa berat, masih ada satu cara menyelamatkan dunia. Rebahan aja!
Untuk para Bapak, udah lah gausah merasa menjadi penghuni tetap masjid tiba-tiba. Protes karena gaboleh sholat jama'ah di masjid. Allah tahu keadaan kita, dan beribadah itu bisa dimana saja. Allah itu dekat dengan kita dan mari beribadah di rumah saja untuk sementara. MUI gak bercanda ngeluarin fatwa. Oh iya, ngumpul-ngumpul ngopi ntar dulu ya. Itu kopi dua minggu lagi ga akan berubah jadi jus markisa.
Nah buat ibu-ibu tercinta, kalian memang selalu benar. Saya cuma mau bilang baik-baik nih. Nyuapin anak sore-sore gausah di pinggir jalan dulu deh. Bareng-bareng sama ibu yang lain biar merekatkan tali perghibahan, nanti dulu deh. Sementara di rumah masing-masing ya. Bukan apa, anak-anak diliburin sekolah biar belajar di rumah aja sama orangtuanya. Bukan ikutan ibu-ibu membahas negara di kala senja. Ok Bu? Saya hanya memberi saran loh ini, bukan mau memecah belah negara. Saya tetap manusia penuh salah, ibu yang benar.
Bagi yang panik mau pulang kampung. Mohon maaf bukannya melarang untuk bertemu sanak saudara, tapi ini demi kebaikan bersama. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam perjalanan apakah kita bertemu si corona atau tidak. Mungkin kita yang merasa kuat dan sehat bisa jadi sudah dibelai sama corona. Ya, kamu tidak apa-apa tapi bagaimana dengan orang lain yang tidak punya daya tahan tubuh yang sama? Kalau kalian sayang keluarga, coba ditahan dulu dan tunda mudiknya. Kalau terpaksa sangat penting, dan mengharuskan pulang kampung ya mau bagaimana. Sebelum sampai di rumah tolong sadar diri, pergi ke tempat pelayanan kesehatan dan periksakan dirimu untuk memastikan keadaan baik-baik saja sebelum bertemu keluarga.
Jadi, mari kita tetap waspada namun jangan pakai panik ya! Jaga kebersihan lingkungan (kalau ada semprot rutin dengan disinfektan bagian-bagian yang sering dipegang), jaga kebersihan badan (rajin mandi dan cuci tangan), jaga kesehatan dan daya tahan tubuh (makan yang cukup kalau ada yang bergizi dan minum vitamin atau ramuan herbal), pakai masker saat bepergian, jaga jarak dengan orang sekitar terlebih di luar rumah, dan selalu berdoa supaya COVID-19 segera menghilang dari dunia.
Mari kita petik hikmahnya:
1.Waktu berkumpul bersama keluarga yang setiap hari di rumah mungkin jarang berbincang atau menghabiskan waktu bersama, sekarang jadi bisa quality time.
2.UN ditiadakan
3.Banyak manusia bisa menahan diri (makan di restoran, jajan di cafe, belanja di mall, pacaran jadi LDR)
4.Lebih banyak waktu untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
5.Kaum rebahan merdeka
#staysafe
#stayhome
#stayhealthy
-Lt.2-